2 hari ini, ditiap sore hujan mengguyur deras di kota-ku Surabaya. Tidak itu saja, semalampun hujan deras terjadi. Walau aku tak menunggu, tapi aku yakin sekali jika hujan semalam berlangsung cukup lama. Setidaknya, aku tau dari bekas hujan jam 7 tadi pagi, ketika aku mengantar anak2 sekolah.
Hujan deras selalu identik dengan banjir dimana2. Tapi aku gak mengira, jika banjir ini mendahului terjadi di rumahku. Kamar tidurku… 😦 Ya… ketika semalam hujan deras, rupanya sudut kamarku ada yang bocor, tanpa aku tau. Walhasil, semalam aku lakukan exercise kecil dgn mengepel lantai (gak mungkin kan jam 2 malam membangunkan Atun atau Uli hanya sekedar mengepel yg cuma sedikit itu. Kasian mrk pasti capek seharian ngurusi rumah). Dari exercise itu, aku mengumpulkan kurang lebih setengah ember air. Banyak juga ya? Ha ha ha…
Kemudian karena rutinitas pagi, aku lupa soal banjir semalam.
Baru ketika Uli, mengambil sesuatu di kamar atas permintaan Jagoan kecilku, dan ngomong ada rembesan air di lantai, aku baru sadar soal banjir semalam, dan genteng yang aku yakini pasti ada yang bocor.
Genteng bocor, sebenarnya kan kalo gak karena gentengnya bergeser, ya gentengnya retak. Mudah aja sih perbaikannya.. Paling kalo gak diganti, diperbaiki letaknya atau tinggal ditambal. Toh di Toserba depan banyak juga alat penambal. Mulai dari yang tidak bersayap sampai yang bersayap. Mulai dari yang 28 Cm sampai 34 Cm. Mulai dari yang untuk siang hari sampai untuk malam hari. Maksudnya ????
Duhh… baru terasa kalo rumah ini kurang lengkap! Hanya untuk melihat genteng bocor aja gak ada pejantan yang bisa dimintai tolong. Ada seorang pejantan, tapi masih 7 tahun. Jangankan untuk naik genteng, untuk ke lantai atas aja, jantungku serasa mau copot tiap kali liat dia melakukannya. Heehhh…
Seketika terlintas aku akan memanjat genteng lewat lantai atas, daripada aku suruh kedua asistenku terkasih (Atun & Uli) untuk manjat dan mereka karena terlalu gesit kemudian salto diudara…kan ngeri, setidaknya kalo aku jatuh suaranya “DBUMMM!” karena tubuhku lebih ‘sehat ginuk2’ dari mereka (kalo mrk yang jatuh, suaranya pasti “klontang” seperti suara sekumpulan tulang dilempar dari ketinggian. He he he). Tapi jika itu benar terjadi, aku naik ke genteng… alangkah baiknya aku, karena memberi kesempatan orang2 yang dibawah untuk mengintipku…. (Wleeeekkkk!!! Tak U’uk ya?!).
Tapi, sebelum niat itu terlaksana, aku liat Pak Satpam kompleks dengan sepedanya yang setia, lewat. Akhirnya, ada juga pejantan tangguh!
Setelah melihat sekilas ke tempat banjir terjadi, Pak Satpam tsb naik ke genteng. (Heran… kenapa pikiranku gak berceletoh2 seperti ketika aku atau kedua asistenku berniat naik genteng ya?. Padahal baru niat!).
Akhirnya, hanya dengan sedikit sentuhan dan rabaan, bereslah sudah gentengku yang bocor!
Uggghhhh… Semoga malam ini, hujan tidak membuatku terbangun dengan kantuk, sambil mengangkat2 ember dan kain pel!