Seorang perempuan bercerita ;
“…………………………………………………………….
Setelah sekian tahun usiaku, baru aku sadari, betapa beruntungnya hidupku.
Aku adalah anak pertama dari 6 bersaudara, tidak penting bagi kami bahwa kami lahir dari rahim yang berbeda, bahwa Ibu kami hanya satu adalah ibuku, S, itu saja. Nama yang sangat Jawa. Sejawa penerimaan beliau pada nasib, yang sudah digariskan pada kehidupannya. Pun begitu, tidak lantas membuat beliau lemah. Ibuku keras hati, karena hanya dengan itulah beliau bernego dengan nasib.
Bapakku seorang pengusaha.. walau beliau bukan pengusaha besar, tetapi terkadang keberadaan 150 org di lapangan dan 10 org dikantor cukup menyita hari-harinya. Sehingga aku tidak begitu dekat dengan beliau, walau tak juga jauh. Tapi, tetap saja dimataku beliau adalah laki-laki yang paling sempurna. Kuingat sekali ketika ku remaja, aku selalu merasa seorang lelaki berkumis tebal adalah laki-laki yang paling tampan sedunia. Karena…. mirip Bapakku.
Aku memiliki seorang adik laki2. Yang darinyalah kami memiliki keseragaman karakter, mungkin karena kami berasal dari rahim yang sama. Berdua ketika kecil, kami saling bergantung saling melindungi. Pun ketika ketidakberdayaan menghancurkan kami. Kami tetap saling mengasihi.. semoga hingga nanti. (Amin…).
Anak ketiga dalam keluargaku adalah sepupuku. Sejak 3 tahun usianya, ia menjadi bagian dari keluargaku. Saat itu aku kelas 6 SD. Ayahnya meninggal, ketika ibunya masih menyusui adiknya. Aku mengasihinya sama persis seperti aku mengasihi adik kandungku.
Sekian tahun kami selalu bertiga. Hingga aku memiliki seorang anak.. Saat seorg gadis mungil belasan tahun datang ke rumahku. Begitu cantiknya dia, tubuhnya tinggi, wajahnya, suaranya, cara berjalannya, mirip denganku. Dia adalah adikku, anak keempat keluarga kami. Tidak lagi penting dari siapa ia dilahirkan, kami menganggapnya adalah adik kami. Dan ibu, dengan luasnya hati, menerima komitmen kami dengan ikhlas.
Beberapa tahun berlalu, Bapak sakit, kekuatiran yang memuncak memaksa kami untuk mencari tau adakah sisa jejak yang masih belum terselesaikan oleh Bapak? Disitulah aku temukan adik kami yang kelima. Seorang lelaki tampan, tinggi tegap dan sangat smart. Ibu sangat dekat dengannya.. karena, cuma dia satu-satunya yang masih bisa leluasa menengok ibu sewaktu-waktu, walau fakultas kedokteran tempatnya kuliah tidak pernah membiarkannya diam tanpa tugas yang menumpuk.
Satu lagi… adikku yang keenam… Tidak seorangpun dari kami berlima yang pernah tau wajahnya. Walau aku sangat ingin tau, aku sendiri ragu apakah mungkin semudah yang lainkah ia diterima dikeluargaku.
Betapa beruntungnya aku, saat ini, ada 5 orang adik yang aku miliki. Adikku I adalah penerus Bapak, pandai bergaul, memiliki hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya. Adikku II seorang profesional dgn suami seorang profesional pula. Adikku III seorang pekerja keras, memiliki kemampuan intelektual sangat baik, cantik dan pandai bergaul, ia juga telah merampungkan S2-nya dr UI, dan saat ini bekerja pada sebuah perusahaan yang cukup baik. Adikku IV, calon profesional, penyayang, perhatian. Adikku V, dari cerita yg kudengar, dia tak kalah pandai dari adik2ku lainnya.
Salahkah jika aku merasa sangat beruntung, tanpa aku sadari kehadiran mereka… karena kedatangan mereka yang begitu unik… aku memiliki 5 adik yang sangat istimewa… Bertalenta. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Yang begitu amat sangat menghormatiku, menyayangiku, walau mereka tak pernah sedikitpun mengatakannya padaku.
Puasa, Lebaran, kumpul2, kembang api…. selalu membuat hati menjadi sentimentil
…………………………………………………………………”
Betapa beruntungnya!!!